5 Desember 2022

Desa Ternadi

Desa Wisata Ternadi terletak di kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Letak geografisnya yang berada di lereng Gunung Muria, menjadikan desa ini sebagai daerah penghasil kopi dan cengkeh terbaik di Kabupaten Kudus. Jarak dari pusat kota menuju desa ini sekitar 16.8 kilometer, atau dapat ditempuh dalam kurang lebih 35 menit menggunakan kendaraan bermotor. Akses jalan menuju desa ini cukup bagus, dan bagi pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, bisa menggunakan jasa ojeg.

Adapun daya tarik wisata yang ditawarkan oleh desa wisata ini ialah Holy Ternadi Nature, Wana Wisata Ternadi, Gardu Pandang Ternadi, Bukit Kakas Ternadi, Air Terjun Padas Awu Ternadi, Wisata Alam Kaliyetno, Air Terjun Padas Malang Ternadi, Wana Wisata Ternadi. Di desa ini juga menjadi lokasi penyelenggaraan sport tourism dengan adanya trek sepeda gunung dan kegiatan paralayang.

Petilasan Kaliyetno menjadi daya tarik bagi pengunjung wisata religi. Dipercaya bahwa di tempat itulah Sunan Kalijaga, yang waktu itu masih bernama Lokajaya, bertapa menjaga tongkat Sunan Bonang. Ketika itu,  ada seorang berandal atau perampok yang bernama Loka Jaya yang kalah ketika beradu kesaktian dengan Sunan Bonang. Lokajaya lalu memohon agar diangkat menjadi muridnya. Sunan Bonang mau menerima permintaan itu, dengan persyaratan Loka jaya harus  bertapa sambil menjaga tongkat milik Sunan Bonang. Untuk membuktikan kesungguhannya, Lokajaya menyanggupi persyaratan tersebut. Sunan Bonang lalu melanjutkan perjalanan. Namun rupanya Sunan Bonang melupakan Lokajaya, hingga ketika tiga tahun kemudian kembali ke daerah itu, barulah Ia teringat. Lokajaya yang bertapa sambil menjaga tongkat Sunan Bonang tetap melakukan tapa sesuai perintah Sunan Bonang. Bahkan, tongkat yang dijaganya sudah tumbuh menjadi rumpun bamboo. Atas kesungguhanya, Sunan Bonang lalu mengangkat Lokajaya sebagai murid, dan kelak dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.

Desa wisata ini sudah memiliki fasilitas pendukung wisata, antara lain homestay, tempat peribadatan berupa masjid/ mushola, area parkir, sanitasi, dan tempat sampah. Selain itu, terdapat paket wisata yang bisa dipilih sesuai dengan minat, serta fasilitas MICE.

Tradisi serta budaya yang berlaku dimasyarakat sekitar Desa Ternadi antara lain :

  1. Pada Hari Kamis Kliwon malam Jum’at legi Banyak warga sekitar ternadi maupun dari daerah luar ternadi yang berziarah ke makam Sunan Kaliyetno dan Pada tanggal 10 bulan Besar/dzulhijjah warga sekitar memperingati khoul atau pengajian di makam Sunan Kaliyetno.
  2. “Buka luwur” atau penggantian Kain yang ada dipetilasan Sunan Kaliyetno, setelah kain tersebut diganti pengurus makam sunan kaliyetno kemudian memotong Bambu yang ada di belakang makam lalu di Potong menjadi 4 potong dan diletakan di atas pusara petilasan, setelah itu pengurus akan membagikan sebungkus nasi barokah kepada para pengunjung. Kain dari bekas tutup (klambu) Petilasan itu biasanya dipotong-potong dan diminta oleh sebagian masyarakat yang mana menurut orang jawa dipercaya sebagai jimat/sarana untuk keselamatan diri.

 

Desa Ternadi Read More »

Desa Terban

Desa Terban berada di Lereng bukit Patiayam,  12 Km ke timur dari pusat pemerintahan Kabupaten Kudus atau kurang lebih 30 menit perjalanan. Sedangkan dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Jekulo kurang lebih berjarak 3km.

Asal usul desa terban tidak lepas dari asal usul desa di wilayah Kudus- Pati. Konon, di sebuah desa di Wilayah Kudus bagian timur, hiduplah dua pemuda sakti, yang ternyata mereka sama-sama sedang jatuh cinta dengan seorang putri cantik. Singkat cerita, akhirya mereka sepakat mengadakan sayembara, tepat sebelum fajar mereka bersiap-siap akan melakukan lomba lari maraton. Lomba lari pun terus bergulir, penonton semakin ramai , semua memberi semangat kepada pelari tersebut dengan kata banter, banter, banter, hingga akhirnya daerah tersebut dinamakan Terban.

 

Desa Terban memiliki potensi wisata berupa Situs Purbakala Patiayam, karena banyak temuan fosil maupun produk kebudayaan masa prasejarah yang ditemukan di wilayah ini. Temuan-temuan benda prasejarah ini dapat disaksikan di Museum Purbakala Patiayam. Museum ini sangat mudah dijangkau, karena hanya berjarak 800 meter dari Jalan Raya Kudus- Pati. Bahkan, wisatawan dapat melihat langsung tempat temuan fosil dari gardu pandang yang ada di desa ini. Perbukitan Patiayam di Desa Terban juga memiliki daya tarik wisata berupa Air Terjun Grenjengan, Sendang Pengilon, gua Jepang, dan camping dengan pemandangan bukit Cangkraman. Ada pula spot unik berupa area ketahanan pangan untuk hewan-hewan hutan, yaitu penyediaan lokasi penanaman berbagai jenis tanaman buah yang hasilnya menjadi sumber pangan bagi hewan-hewan penghuni Perbukitan Patiayam. Desa Terban juga menawarkan wisata agro berupa perkebunan buah anggur. Pengunjung bisa melihat langsung pembudidayaan berbagai jenis anggur dan bisa pula membeli bibitnya. Seluruh daya tarik Desa Terban itu bisa dinikmati dengan menaiki kendaraan yang dikemas dalam paket Patiayam Jeep Adventure.

Dan setelah puas menjelajahi Desa Terban, ada sajian kuliner khas Desa Terban yang siap dinikmati, berupa Sop Fosil, Wedang Fosil, serta Sego Lodeh Godhong Jati. Bila ingin menginap, di desa ini juga tersedia beberapa homestay yang siap menyambut pengunjung.

Akses untuk menuju desa ini cukup mudah, karena tidak terlalu jauh dari jalur Pantura Kudus- Pati.

Tradisi yang masih dilestarikan Desa Terban yaitu Acara Sedekah Bumi pada bulan apit, yang kata penduduk sekitar bulan tersebut bertepatan dengan panen palawijo (palawija). Acara sedekah bumi juga menyelenggarakan pesta rakyat besar-besaran seperti pagelaran kethoprak, pagelaran wayang kulit, dan lain-lain. Untuk pagelaran di sendang pengilon warga sekitar memilih pagelaran Tayub, karena pagelaran Tayub di Sendang Pengilon pada acara sedekah bumi itu sudah diselenggarakan oleh sesepuh pada zaman dahulu.

Desa Terban Read More »

Desa Rahtawu

Desa Wisata Rahtawu di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, memiliki panorama yang menarik. Wisata pegunungan Rahtawu merupakan suatu tempat yang terletak di kaki Gunung Muria sekitar 20 km dari Kota Kudus. Rahtawu memiliki pemandangan yang indah karena letaknya yang dikelilingi deretan pegunungan dan sungai-sungai yang masih jernih. Mata air sungai Kali Gelis berasal dari Rahtawu ini.

Nama Rahtawu berarti darah yang mengalir. Pada zaman dahulu, konon pada saat istri Sakri melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Abiyoso, banyak mengeluarkan darah bahkan tidak bisa dihentikan dan mengalir seperti aliran air, hingga Sakri berusaha menawu (menguras) darah yang keluar. Dari peristiwa itulah, Eyang Sakri kemudian memberi nama desa tersebut Rah-Tawu (yaitu darah keluar yang banyak dan sampai ditawu)

Destinasi Desa Wisata Rahtawu adalah tempat wisata yang ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Tempat ini sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas kita sehari hari. Destinasi Desa Wisata Rahtawu sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan, apalagi saat liburan panjang seperti libur nasional, ataupun hari ibur lainnya. Untuk menuju ke sana, lebih mudah apabila menggunakan kendaraan pribadi dan lebih menyenangkan dari pada memakai kendaraan umum. Namun apabila wisatawan ingin menggunakan kendaraan umum seperti bis umum atau angkutan lainnya juga bukan masalah yang besar, karena wisatawan bisa berhenti di Terminal Kecamatan Gebog. Setelah itu melanjutkan dengan menggunakan ojek ataupun kendaraan pribadi menuju lokasi Destinasi Desa Wisata Rahtawu di Gebog Kudus tersebut. Ketika memasuki Desa Wisata Rahtawu wisatawan akan disambut dengan Gapura ucapan selamat datang.

Begitu melewati gapura tadi, wisatawan akan disambut dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Di sebelah kiri jalan terdapat tebing-tebing yang tinggi dan pada kanan jalan terdapat jurang yang cukup curam dan terdapat jajaran pegunungan. Di sepanjang perjalanan, terdapat beberapa titik destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah pemandian alami Kedung Gong. Di dalam lokasi tersebut kita bisa menikmati air yang dingin dan segar.

Wisatawan juga bisa menyantap kuliner khas berupa olahan enthog, alias itik manila. Kuliner ini terasa lebih nikmat, karena pengunjung bisa menyantapnya di tepi sungai, sembari menikmati indahnya suasana di pegunungan.  Bagi penggemar wisata petualangan, desa ini juga menjadi basecamp pendakian Puncak 29 dan Natas Angin.  Selain itu, terdapat banyak petilasan yang dinamai dengan nama-nama leluhur Pandawa, seperti Eyang Sakri, Pikulun Naradha, Abiyasa, dan lain-lainnya. Namun, meskipun nama-nama tersebut adalah tokoh-tokoh pewayangan, warga Desa Rahtawu memegang teguh kepercayaan bahwa tabu menggelar pertunjukan wayang di desanya.

Untuk mendukung Desa Wisata Rahtawu sebagai destinasi wisata, sarana prasarana yang dimiliki tergolong cukup lengkap. Terdapat  area Parkir kendaraan, Mushola, Kamar mandi/ MCK, Tempat Istirahat, Rumah Makan, Rumah Penginapan, dan masih banyak lainnya. Bagi wisatawan lokal Kudus pasti sudah tidak bingung lagi untuk mendatangi lokasi Destinasi Desa Wisata Rahtawu di Gebog Kudus Jawa Tengah. Untuk wisatawan dari luar daerah, untuk berwisata ke Desa Wisata Rahtawu bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor pribadi. Wisatawan dapat meminta panduan arah ke Destinasi Desa Wisata Rahtawu di Gebog Kudus Jawa Tengah di google maps yang terpasang di smartphone.

Tradisi yang hingga sekarang masih dilestarikan masyarakat Desa Wisata Rahtawu antara lain:

  1. Sedekah Bumi merupakan upacara adat atau ritual yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Dalam acara sedekah bumi ini, digelar selamatan dengan memotong seekor kerbau, lalu dibagi-bagikan kepada seluruh penduduk desa.
  2. Pagelaran Gebyar langen Beksan Tayuban yang dilaksanakan merupakan tradisi setiap tahun dan merupakan rasa syukur warga setempat karena hasil Bumi yang berlimpah dengan cara menggelar kesenian Tayub, sebuah tarian yang lazim dan khas di wilayah Pantura masa lalu yang keberadaannya kini hampir punah.

Desa Rahtawu Read More »

Desa Loram Kulon

Desa Wisata Loram Kulon yang terletak di wilayah Kecamatan Jati memiliki Slogan Desa Wisata Religi dan Kreatif. Desa Wisata Loram Kulon di kelola oleh Desa dengan bantuan Kelompok Sadar Wisata “Panorama”. Desa ini memiliki potensi wisata yang begitu beragam, salah satunya yaitu potensi budaya berupa Masjid Wali At-Taqwa dan gapuro Padurekso. Di desa ini juga terdapat peninggalan sejarah, seperti makam ulama, gapura peninggalan Walisongo, dan gentong antik sepanjang 4 meter.

Untuk menuju desa wisata loram kulon sangat mudah karena sangat dekat dengan Kota Kudus, akses jalan raya yang mudah dapat dilalui berbagai kendaraan mulai dari kendaraan pribadi dan kendaraan umum, petunjuk arah yang jelas semakin mempermudah wisatawan untuk menuju lokasi wisata.

Desa Wisata Loram Kulon mempunyai beragam kuliner khas diantaranya adalah aneka olahan Bandeng, sega kinco, Garang Asem, Madu Mongso dan Jenang Kudus. Desa ini juga dikenal memiliki berbagai usaha rumahan, mulai dari konveksi, pembuatan tas, Bordir Komputer, Souvenir dan Aneka Kerajinan, pembuatan Pakan Burung, Boneka, Batu Bata, Digital Printing, Mainan anak dari limbah pabrik, Mainan Kertas, Industri Besi dan Logam, Sablon, Emboss, dan Percetakan.

Fasilitas yang tersedia di Desa Wisata Loram Kulon terbilang cukup lengkap, mulai dari masjid, tempat parkir, toilet, drainase, air bersih, tempat sampah, serta tour guide yang siap mendampingi wisatawan untuk berkeliling Desa Wisata Loram Kulon.

Potensi Seni yang dimiliki antara lain Terbang Papat yang dilombakan pada saat pentas seni di Loram Expo dan ditampilkan pada saat penyambutan tamu, Seni Barongan, dan Sanggar Tari.

Desa Loram Kulon memiliki beberapa acara tahunan, yaitu:

  1. Tradisi Nganten Mubeng Gapuro/ Kirab Nganten.

Tradisi para pengantin baru untuk memutari (mubeng) gapura Masjid wali yang berupa gapura klasik batu bata merah bercorak Hindu setelah prosesi ijab qobul, melewati pintu Barat dan Timur masjid.

  1. Tradisi Sedekah Nasi Kepel.

Saat penyebaran agama islam, salah satu warga ada yang ingin bersedekah tetapi belum mengetahui caranya. Sehingga diapun berpesan kepada warga silahkan selamatan dengan nasi kepel 7 bungkus dan lauk bothok 7 bungkus. 7 ini maksudnya dalam basa jawa berarti pitu, yang mempunyai arti filsafat Pitulung (pertolongan), Pitutur (nasihat), Pituduh (petunjuk) dalam menjalani hidup di dunia. Diharapkan dengan nasi kepel dan bothok berjumlah 7 tersebut tidak memberatkan warga yang tidak mampu, tetapi ingin bersedekah.

  1. Tradisi Ampyang Maulid

Ampyang maulid adalah perayaan yang dilaksanakan masyarakat loram kulon yang digunakan untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW di masjid loram kulon yang bernuansa islami. Ampyang maulid menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 robiul awal untuk memperoleh berkah. Sebagai rangkaian peringatan ampyang mauled, juga dilaksanakan Loram Expo, sebagai ajang promosi produk kerajinan tangan dan produk rumah tangga dari Desa Loram Kulon.

Desa Loram Kulon Read More »

Desa Jurang

Desa Jurang terletak di Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Penamaan desa itu, konon berasal dari Raden Muhammad Syarif, putra bungsu Bupati Sumenep, yang mengembara dari Sumenep sampai ke pesisir Jepara. Ketika sampai di pedukuhan yang banyak terdapat jurang-jurang yang curam, dinamai-lah tempat itu dengan nama Jurang.

Sebagai  desa wisata,  Jurang memiliki potensi wisata alam River Tubing, menyusuri alian sungai dengan jarak tempuh 3 km dan waktu tempuh 2 jam. Untuk menikmati wisata ini, pengunjung dikenakan harga  Rp.70.000/orang.

Selain wisata alam, juga terdapat potensi wisata edukasi berupa pembuatan boneka lilit. Di sini, wisatawan akan diajari cara membuat boneka berbahan dasar kertas filter rokok yang tidak terpakai/ afkir. Dengan membayar Rp30.000/ orang, wisatawan akan diajari membuat boneka dan aneka kerajinan dan membawa pulang hasilnya sebagai souvenir.

Ketika berkunjung di desa wisata ini, wisatawan juga bisa menikmati kuliner khasnya, berupa  Gelecot (Gethuk Campur), Jaseke, dan marning Jagung.

Tradisi-tradisi yang masih dilestarikan oleh warga Desa Wisata Jurang antara lain:

  1. Sedekah Bumi

Sedekah bumi merupakan tradisi ritual masyarakat sebagai wujud rasa syukur warga terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya berupa hasil bumi yang melimpah, serta berharap agar masyarakat desa Jurang senantiasa diberi kelimpahan rezeki dan dijauhkan dari hal buruk. Selain itu tradisi  yang dilaksanakan dilaksanakan setiap bulan apit/  Dzulqa’dah ini juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama warga desa Jurang. Rangkaian kegiatan sedekah bumi di Desa Jurang diantaranya adalah ;

  • Pesona Dolanan

Kegiatan pesona dolanan yang merupakan salah satu bentuk dari kegiatan sedekah bumi memiliki tujuan untuk memperkenalkan kembali anak – anak desa Jurang dengan permainan tempo dulu yang saat ini mulai ditinggalkan. Salah satu permainan yang menonjol dalam pesona dolanan ialah umbul sarung. Dulunya umbul sarung sering dimainkan anak – anak ketika hendak berangkat ngaji. Kini permainan umbul sarung menjadi hal wajib yang dimainkan ketika sedekah bumi. Selain umbul sarung permainan lainnya adalah cublak – cublak suwung, gobak sodor, gendrik,dan lain sebagainya.

  • Pentas Teater

Setiap kali perayaan sedekah bumi di desa Jurang juga mengadakan teater.Teater desa Jurang yang terkenal ialah teater AIUEO. Pemain teater AIUEO yaitu dari warga desa Jurang sendiri

  • Wayang Cilik

Wayang Cilik merupakan kesenian tradisional yang dilaksanakan setiap sedekah bumi. Sesuai namanya wayang cilik diperankan oleh dalang cilik. Tujuan dari kesenian ini tentunya untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan. Wayang cilik ditonton oleh semua kalangan dari anak muda hingga orang tua.

  • Tasyakuran

Selain rangkaian acara sebelumnya, ketika sedekah bumi juga tidak lupa mengadakan Tasyakuran berupa Nasi Tumpeng dan rangkaianya. Tasyakuran yang diadakan oleh setiap RT dan dihadiri seluruh warga desa Jurang.

  1. Ziarah Punden

Ziarah punden merupakan salah satu adat desa Jurang yang hingga saat ini masih dilestarikan. Setiap warga yang hendak mengadakan acara tertentu seperti pernikahan, khitan dan lain sebagainya selalu menyempatkan untuk ziarah punden guna menghormati leluhur. Lokasi punden tersebut terdapat di setiap dukuh di desa Jurang.

  1. Kenduren

Kenduren atau kenduri merupkan tradisi di desa Jurang berupa selamatan atas rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas doa yang telah dipanjatkan. Selain itu Kenduri juga memiliki tujuan untuk mempererat hubungan silaturahmi antar masyarakat desa Jurang. Pada umumnya kenduren dilakukan setelah maghrib dan isya’ atau saat acara tertentu. Untuk teknis pelaksanaanya biasanya masyarakat membawa makanan sendiri- sendiri ke masjid untuk dimakan bersama-sama, sebagaian lainnya juga dibawa pulang kerumah.

Desa Jurang Read More »

Desa Wates

Desa Wisata Wates yang terletak di Kecamatan Undaan memiliki potensi wisata yang bagus dan sangat menarik. Bagi masyarakat kota yang ingin merasakan suasana desa yang sangat alami, mengunjungi Desa Wisata Wates merupakan pilihan yang sangat tepat, karena di sini pengunjung akan disuguhi suasana khas pedesaan dengan aktivitas masyarakat sehari-hari yang sangat berbeda dengan suasana di Kota. Pengunjung akan disambut dengan hamparan sawah yang hijau, karena Wates adalah sentra penghasil beras ketan terbesar se-eks Karesidenan Pati.

Untuk menuju Desa Wisata Wates pengunjung dapat menggunakan transportasi pribadi baik roda 2 maupun roda 4, terdapat petunjuk arah yang jelas serta jalan raya yang sudah beraspal.

Desa Wates memiliki kuliner khas yang dapat memanjakan lidah pengunjung diantaranya adalah Degan Jelly, keripik bonggol pisang, keripik kulit pisang, kopi biji pisang kluthuk, sirup jahe, kunyit asem, beras kencur, pepes nila, keong srutup daun singkil, dan juga sop Nila. Selain itu, berbagai makanan olahan berbahan dasar beras ketan juga menjadi kuliner andalan desa ini.

Fasilitas yang tersedia di Desa Wisata juga cukup lengkap diantaranya toilet, musholla, tempat parkir, air bersih, dan tempat sampah.

Tradisi yang masih dilestarikan di Desa Wates adalah  Tradisi Munjung Wong Tuwa adalah adat istiadat berupa memberikan sesuatu, atau dalam istilah disebut WEWEH” atau “MUNJUNG” kepada orang yang lebih tua atau dituakan, sebagai bentuk penghormatan. Tradisi munjung wong tuwo ini biasanya dilakukan masyarakat Wates pada hari baik seperti:

  • Sedang ada Hajatan (puputan, Khitanan, Menikah dll).
  • Ruwahan (Bulan Sya’ban).
  • Menjelang hari raya Idul Fitri.
  • Pada hari Raya Kupatan dan
  • Ketika memasuki masa panen.

Desa Wates Read More »

Desa Padurenan

Desa Wisata Padurenan terletak di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Letaknya lebih kurang 10 Km ke arah utara dari pusat Kota Kudus.

Penamaan Padurenan memiliki dua versi. Versi yang pertama, menceritakan bahwa Sejarah Kota Desa  Padurenan tidak terlepas dari Raden Muhammad Syarif. Beliau adalah putra bungsu dari Bupati Sumenep (Macan Wulung Yudonegoro). Dari desa Gerjen Raden Muhammad Syarif, putra Bupati Sumenep Macan Wulung Yudonegoro melakukan perjalanan dari Desa Gerjen ke arah timur, dan   berhenti pada sebuah tempat dimana saat beliau menemukan buah yang belum pernah jumpai sebelumnya. Bentuknya seperti beluluk ( kelapa muda yang masih kecil dan sudah jatuh dari pohonnya), bundar dan kulit luarnnya berduri yaitu buah kenongo, Berhubung Raden Muhammad Syarif belum tahun nama buah tersebut maka beliau berkata “Buah ini sebangsa duren (durian) atau duren-durenan“. Jadilah namanya desa Ndorenan yang artinya sebangsa duren/ duren-durenan. Versi yang lain yang mengatakan bahwa salah satu santri Raden Muhammad Syarif  bernama Singo Dito diajak berdakwah di desa Padurenan. Sigo Dito adalah salah santri yang cerdas, sabar dan bijaksana. Pidato/ ceramahnya sangat manis, enak didengar dan kuat berbicara lama. sehinggga islam di Desa Padurenan perkembangannya cukup pesat , tersebar dan didatangi oleh masyarakat disekitarnya. Karena  Pidatonya cukup lama dan ora leren-leren (berhenti)  maka nama Ndorenan bisa menjadi Padurenan  (Padone tanpa leren-lerenan).

Untuk menuju ke Desa Wisata Padurenan pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda 4, dengan jarak 10 km dari Pusat Kota, pengunjung lebih disarankan memanfaatkan google map supaya lebih mudah untuk menemukan Desa Padurenan.

Desa ini memiliki beberapa potensi wisata, antara lain industri konveksi dan kerajinan bordir rumahan. Industri ini merupakan ikon dari Desa Padurenan dan mayoritas penduduk bekerja di bidang itu. Teknik pembuatan bordir dilakukan bervariasi, mulai dari tradisional sampai yang modern.

Kuliner tradisional yang dimiliki desa ini adalah kue kering berupa sagon dan semprit, serta olahan Kuluban Godhong Gendruwo, Es Blewah, dan Aneka keripik.

Fasilitas yang dimiliki Desa Wisata Padurenan antara lain masjid, penginapan yang disediakan oleh warga setempat, kuliner yang disiapkan oleh warga setempat serta terdapat pemandu dari Pokdarwis yang siap mendampingi pengunjung berkeliling Desa dan mengenalkan daya tarik wisata di Desa Padurenan.

Tradisi Desa Padurenan yang masih dilestarikan diantaranya :

  1. tradisi buka luwur, yaitu memperingati wafatnya Raden Muhammad Syarif,  sesepuh desa Padurenan yang di peringati setiap hari pasaran legi terakhir bulan muharram.
  2. Rebo wekasan yakni mengambil air dari sumur sesepuh desa yang sudah di bacakan doa sebagai obat tolak balak.
  3. Kirab muludan, yakni arak-arakan keliling desa dalam rangka peringatan maulud Nabi dengan membawa hasil bumi atau hasil konveksi dari desa Padurenan. Acara tersebut diikuti seluruh warga dari anak-anak,dewasa maupun tua. Setelah acara kirab, malamnya di adakan muludan jawiyan dengan pembacaan kitab al barjanzi.

Desa Padurenan Read More »

× Chat Admin