Desa Padurenan

Desa Wisata Padurenan terletak di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Letaknya lebih kurang 10 Km ke arah utara dari pusat Kota Kudus.

Penamaan Padurenan memiliki dua versi. Versi yang pertama, menceritakan bahwa Sejarah Kota Desa  Padurenan tidak terlepas dari Raden Muhammad Syarif. Beliau adalah putra bungsu dari Bupati Sumenep (Macan Wulung Yudonegoro). Dari desa Gerjen Raden Muhammad Syarif, putra Bupati Sumenep Macan Wulung Yudonegoro melakukan perjalanan dari Desa Gerjen ke arah timur, dan   berhenti pada sebuah tempat dimana saat beliau menemukan buah yang belum pernah jumpai sebelumnya. Bentuknya seperti beluluk ( kelapa muda yang masih kecil dan sudah jatuh dari pohonnya), bundar dan kulit luarnnya berduri yaitu buah kenongo, Berhubung Raden Muhammad Syarif belum tahun nama buah tersebut maka beliau berkata “Buah ini sebangsa duren (durian) atau duren-durenan“. Jadilah namanya desa Ndorenan yang artinya sebangsa duren/ duren-durenan. Versi yang lain yang mengatakan bahwa salah satu santri Raden Muhammad Syarif  bernama Singo Dito diajak berdakwah di desa Padurenan. Sigo Dito adalah salah santri yang cerdas, sabar dan bijaksana. Pidato/ ceramahnya sangat manis, enak didengar dan kuat berbicara lama. sehinggga islam di Desa Padurenan perkembangannya cukup pesat , tersebar dan didatangi oleh masyarakat disekitarnya. Karena  Pidatonya cukup lama dan ora leren-leren (berhenti)  maka nama Ndorenan bisa menjadi Padurenan  (Padone tanpa leren-lerenan).

Untuk menuju ke Desa Wisata Padurenan pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda 4, dengan jarak 10 km dari Pusat Kota, pengunjung lebih disarankan memanfaatkan google map supaya lebih mudah untuk menemukan Desa Padurenan.

Desa ini memiliki beberapa potensi wisata, antara lain industri konveksi dan kerajinan bordir rumahan. Industri ini merupakan ikon dari Desa Padurenan dan mayoritas penduduk bekerja di bidang itu. Teknik pembuatan bordir dilakukan bervariasi, mulai dari tradisional sampai yang modern.

Kuliner tradisional yang dimiliki desa ini adalah kue kering berupa sagon dan semprit, serta olahan Kuluban Godhong Gendruwo, Es Blewah, dan Aneka keripik.

Fasilitas yang dimiliki Desa Wisata Padurenan antara lain masjid, penginapan yang disediakan oleh warga setempat, kuliner yang disiapkan oleh warga setempat serta terdapat pemandu dari Pokdarwis yang siap mendampingi pengunjung berkeliling Desa dan mengenalkan daya tarik wisata di Desa Padurenan.

Tradisi Desa Padurenan yang masih dilestarikan diantaranya :

  1. tradisi buka luwur, yaitu memperingati wafatnya Raden Muhammad Syarif,  sesepuh desa Padurenan yang di peringati setiap hari pasaran legi terakhir bulan muharram.
  2. Rebo wekasan yakni mengambil air dari sumur sesepuh desa yang sudah di bacakan doa sebagai obat tolak balak.
  3. Kirab muludan, yakni arak-arakan keliling desa dalam rangka peringatan maulud Nabi dengan membawa hasil bumi atau hasil konveksi dari desa Padurenan. Acara tersebut diikuti seluruh warga dari anak-anak,dewasa maupun tua. Setelah acara kirab, malamnya di adakan muludan jawiyan dengan pembacaan kitab al barjanzi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terbaru

Link terkait

× Chat Admin