Desa Kauman

Kauman adalah desa dimana Masjidil Aqsha dan Menara Kudus berada. Kedua peninggalan dari salah seorang anggota Walisongo yaitu Raden Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), yang sampai sekarang menjadi jujugan peziarah dan wisatawan, baik domestik maupun manca Negara.

Selain potensi wisata religi, di Desa wisata Kauman juga memiliki daya tarik wisata lainnya, yaitu berupa Kampung Kuno Warisan Budaya, di mana wisatawan dapat mengunjungi rumah-rumah adat Kudus yang sering disebut dengan joglo pencu, dan menikmati kuliner khas berupa jangkrik Goreng, Uyah Asem, Mahtum, dan Intip Ketan.

Desa wisata ini relatif mudah dijangkau, karena selain terletak dekat dengan pusat kota, juga aksesnya sangat memadai seperti Jalan yang sudah bagus, petunjuk arah yang jelas serta tersedia angkutan umum seperti becak, ojek, angkutan desa, bus dan yang lainnya. Terdapat pula amenitas seperti hotel dan homestay di dekat menara, warung makan, rumah makan, tempat peribadatan, tempat sampah, air bersih, dan toilet. Selain itu, bagi wisatawan yang ingin berkeliling desa,  terdapat pemandu wisata yang siap memandu.

Tradisi yang masih dilestarikan di Desa Kauman antara lain :

  1. Tradisi Dandangan di Kota Kudus masih dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan. Dandangan berasal dari kata Ndang, yang diperoleh dari bunyi/suara Bedhug yang ditabuh, sehingga mengeluarkan bunyi Ndang-Ndang (ayo) yang di dengar oleh semua masyarakat Kudus maupun diluar Kudus untuk datang dan berbondong-bondong berkumpul di Masjid Menara guna menerima penjelasan dari Sunan Kudus dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan.
  2. Buka Luwur adalah tradisi yang dilaksanakan setiap pergantian tahun hijriyah atau setiap 1 Muharam, dan puncak perayaannya pada tanggal 10 Muharram. Dalam perayaan ini dilaksanakan berbagai upacara, antara lain:
  • Pencucian Pusaka Sunan Kudus Rangkaian tradisi buka luwur diawali dengan pencucian pusaka Sunan Kudus berupa keris yang bernama Cinthaka atau Ciptaka. Keris ini, memiliki makna dan nilai yang berupa simbol kebesaran beserta kekuasaan Tuhan yang menciptakan alam semesta Pencucian pusaka diawali dengan ziarah dan doa ke makam Sunan Kudus.
  • Pengajian malam 1 Muharam, setiap pergantian tahun hijriyah kaum muslim selalu melakukan doa akhir dan awal tahun. Pada malam itu juga dimulainya tradisi buka luwur dengan diadakannya Pengajian Umum. Pengajian malam 1 Muharam sebagai tanda kebebasan yang diperoleh kaum muslim dari zaman Jahiliyah.
  • Pelepasan Luwur Pesarean, Pelepasan kain-kain luwur makam Sunan Kudus hanya dilakukan oleh orang tertentu seperti para sesepuh, kyai atau tokoh masyarakat. Secara simbolis pembukaan ini, dilakukan didalam Sunan Kududs yang kemudian diikuti pelepasan luwur diluar dan disekitar makam Sunan Kudus.
  • Munadharah Masa’il Diniyyah merupakan sebuah forum belajar untuk memperdalam ilmu-ilmu agama terlebih ilmu fiqih yang membahas permasalahan yang muncul dizaman sekarang yang dihadiri oleh para alim dan kyai seklaigus terbuka untuk kalangan umum.
  • Khataman Al Qur’an, Khataman ini ditujukan sebagai hadiah khusus untuk Sunan Kudus dan para msayarakat merasakan berkah khataman ini.
  • Santunan Anak Yatim, bulan Muharam merupakan bulan anak yatim, sehingga dianjurkan bagi umat Islam untuk member santunan, selain itu member kasih sayang dengan cara mengelus bagian kepala.
  • Masak Bubur Syuro, Bubur Syuro merupakan sedekah Nabi Nuh ketika selamat dari banjir pada 10 Muharam. Bubur ini terdiri delapan bahan beras, jagung, kedelai, ketela, kacang tolo, pisang, kacang hijau dan kacang tanah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terbaru

Link terkait

× Chat Admin